Jumat, 26 Januari 2018

UKURAN STATUS KESEHATAN DALAM EPIDEMIOLOGI : MORBIDITAS



UKURAN STATUS KESEHATAN DALAM
 EPIDEMIOLOGI : MORBIDITAS

A.    Pengertian Morbiditas
Morbiditas (kesakitan) merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit.
Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko.Ukuran morbiditas dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberhasilan program pemberantasan penyakit dan sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap pelayanan kesehatan.
Angka kesakitan / morbiditas merupakan indeks kesehatan yang penting untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat.


B.     Ukuran – ukuran dalam morbiditas
Dalam epidemiologi, ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah angka, rasio dan proporsi.
1.        Rasio
Merupakan nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut. Rasio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian.
Rasio merupakan ukuran yang membandingkan kuantitas A sebagai numerator dengan kuantitas lainnya B sebagai denominator, sehingga ukuran rasio ditulis : A/B

2.        Proporsi
Adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variable dalam populasi.  
3.        Angka
Merupakan proporsi dalam bentuk khusus, perbandingan antara pembilang dengan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu.Dalam epidemiologi, angka adalah ukuran dari seberapa sering terjadinya peristiwa dalam populasi tertentu selama periode waktu tertentu.
Angka yang diatas disebut dengan numerator, dan angka yang dibawah disebut denominator. Numerator angka adalah jumlah kejadian tertentu yang terjadi selama waktu tertentu. Denominator adalah jumlah populasi rata-rata selama periode waktu yang sama.
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu di masyarakat.
Di dalam Epidemiologi, Ukuran Utama Morbiditas adalah Angka Insidensi & Angka Prevalensi dan berbagai Ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka prevalensi.

a.      Insidensi
Insidensi adalah gambaran frekuensi penderita baru suatu penyakit (penyakit yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit) yang ditemukan dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah pada suatu waktu tertentu. Angka insiden hanya dapat dihitung pada suatu penelitian longitudinal saja, karena untuk menentukan insiden diperlukan dua angka yaitu :
1)    Jumlah penderita baru
Untuk menghitung jumlah penderita baru, harus diketahui kapan mulai sakitnya orang tersebut atau pada saat orang tersebut didiagnosa secara pasti menderita penyakit tertentu.
Untuk menentukan siapa sebenarnya yang dimaksud dengan penderita baru, ada dua cara yang digunakan :
ü  Lebih mementingkan jumlah orang yang terkena penyakit (penderita)
ü  Lebih mementingkan jumlah peristiwa penyakitnya (kasus)
2)   Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru (population at   risk) adalah jumlah seluruh penduduk dikurangi dengan jumlah penduduk yang kebal.
Untuk menghitung angka insidensi hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut :
1)    Pengetahuan tentang status kesehatan populasi studi
Kelompok individu dalam populasi harus ditentukan status kesehatannya dan diklasifikasikan menjadi sehat atau tidak sakit
2)    Menentukan waktu awal penyakit
3)    Spesifikasi penyebut
4)    Spesifikasi pembilang
5)    Periode pengamatan
Secara umum, angka insiden dapat dibedakan atas 3 macam :
1.         Incidence Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan  jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Manfaat incidence rate
a)      Untuk mengukur angka kejadian suatu penyakit
b)      Untuk mencari adanya hubungan sebab akibat
c)      Untuk perbandingan antara berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda
d)     Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh determinan tertentu
Suatu populasi yang mempunyai angka insiden yang lebih tinggi dibanding populasi lain, berarti populasi tersebut mempunyai peluang (risk) yang lebih tinggi untuk sakit dibanding populasi yang lain


k = konstanta (100, 1000)
a)      Contoh :
Pada suatu daerah dengan jumlah penduduk tanggal 1 Juli 2014 sebanyak 100.000 orang semua rentan terhadap penyakit diare, Ditemukan laporan penderita baru sebagai berikut : bulan Januari 50 orang, Maret 100 orang, JUni 150 orang, September 10 orang dan Desember 90 orang.
IR = (50+100+150+10+90)    x 100 %  = 0,4 %
        100.000
2.         Attack Rate (Nilai Serangan)
                  Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada satu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.Nilai serangan digunakan untuk memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit. Makin tinggi nilai Attack Rate, maka penyakit tersebut makin memiliki derajat serangan atau penularan yang tinggi pula.Angka serangan biasanya diterapkan terhadap populasi / kelompok masyarakat terbatas dan pada suatu periode, misalnya dalam suatu peristiwa luar biasa atau wabah
       Rumus yang digunakan :
           

Ø  Contoh :
Dari 500 orang murid yang tercatat di SD X ternyata 100 orang tiba-tiba menderita muntaber setelah makan nasi bungkus di kantin sekolah
AR = 100 / 500 x 100 % = 20 %
3.         Secondary Attack Rate
                  Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi dengan yang telah pernah terkena pada serangan pertama.Biasanya digunakan untuk suatu penyakit menular serta untuk suatu populasi penduduk yang kecil, misalnya keluarga.
Rumus yang digunakan :


Contoh :
Keluarga A terdiri dari 6 orang, 1 orang terserang kasus pertama, 2 0rang terserang kasus kedua, 3 orang sehat. Keluarga B 5 orang, 1 orang terserang kasus pertama, 2 orang terserang kasus kedua, 1 orang kebal, 1 orang sehat. Keluarga C 3 orang, 2 orang terserang kasus kedua, 1 orang kebal
SAR =               (2+2+2)           x 100 % = 60 %
                 (6-1)+(5-2)+(3-1)

b.      Prevalensi
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru (baik yang baru memasuki fase klinik atau beberapa waktu berkembang sepanjang fase klinik) yang ditemukan dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah pada waktu tertentu.
Pada perhitungan angka prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang kebal atau penduduk dengan risiko (population at risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa angka prevalensi sebenarnya bukanlah suatu Rate yang murni karena penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan.Angka prevalensi tidak dapat digunakan untuk menentukan penyebab, penggunaannya lebih banyak untuk perencanaan dan evaluasi program.
Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunakan untuk :
a)        Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
b)        Penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan
c)        Menyatakan banyaknya kasus yang didiagnosis
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat prevalensi :
a)    Keganasan suatu penyakit, bila banyak orang yang meninggal dari suatu penyakit maka prevalensinya menurun
b)   Durasi dari suatu penyakit, bila suatu penyakit hanya berlangsung dalam waktu yang singkat maka tingkat prevalensinya lebih rendah dibanding bila penyakit tersebut berlangsung dalam waktu yang lama
c)    Jumlah kasus baru, bila banyak orang yang menderita suatu penyakit maka tingkat prevalensinya lebih tinggi dibanding bila yang menderita penyakit tersebut hanya beberapa orang saja
Prevalensi dinaikkan oleh :
a.                Durasi penyakit yang lebih lama
b.    Pemanjangan usia penderita tanpa pengobatan
c.    Peningkatan kasus-kasus baru
d.   Migrasi ke luar dari orang-orang yang sehat
e.    Migrasi ke dalam dari orang-orang yang rentan
f.     Peningkatan sarana diagnostic (pelaporan yang lebih baik)
Prevalensi diturunkan oleh :
a.                Durasi penyakit yang lebih pendek
b.    Meningkatnya tingkat fasilitas kasus akibat dari penyakit
c.    Menurunnya kasus-kasus baru
d.   Migrasi ke dalam orang-orang yang sehat
e.    Migrasi ke luar dari orang-orang yang rentan
f.     Meningkatnya tingkat kesembuhan dari suatu penyakit
Jika nilai prevalens di suatu daerah tinggi, maka berarti mutu pelayanan di daerah tersebut buruk. Namun jika nilai prevalen di suatu daerah buruk, belum tentu mutu pelayanan kesehatannya baik
                      Secara umum, nilai prevalensi dibedakan atas dua macam :        
1.      Period prevalence rate
Ialah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan. Nilai period prevalence hanya dipergunakan untuk suatu penyakit yang sulit diketahui saat munculnya seperti penyakit kanker atau penyakit kelainan jiwa
Rumus yang digunakan :
Ø  Contoh
Di daerah Kecamatan Tambak jumlah penduduk pada tanggal 1 Juli 2014 100.000 orang, menurut laporan Puskesmas Kecamatan Tambak jumlah penderita penyakit hipertensi sebagai berikut : Januari 50 kasus lama 100 kasus baru, Maret 75 kasus lama 75 kasus baru, Juli 25 kasus lama 75 kasus baru, September 50 kasus lama 50 kasus baru, dan Desember 200 kasus lama 200 kasus baru.
Angka prevalensinya =
(50+100)+(75+75)+(25+75)+(50+50)+(200+200)    x 100 = 0,9 %
                            100.000
2.      Point prevalence rate
Ialah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada satu saat itu.Point prevalence rate sering disebut nilai prevalensi . Nilai ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Rumus yang digunakan :

Ø  Contoh
Di asrama mahasiswa universitas X dengan jumlah penghuni 100 orang, kemarin 5 orang menderita demam berdarah, dan hari ini 5 orang terserang lagi.
Angka prevalensi = (5+5) / 100 x 100 = 10 %

Secara skematis, insidensi, prevalensi periode dan prevalensi sesaat/titik digambarkan sebagai berikut :
Dari skema di atas :
1.      Insiden                              : Kasus 2,3,4,8,9
2.      Prevalensi sesaat               : 1 Jan : Kasus 1,7
: 31 Des : Kasus 2,5
3.      Prevalensi periode : Kasus 1,2,3,4,5,7,8,9

c.         Hubungan antara Insidensi dengan Prevalensi
Insiden dan prevalens mempunyai hubungan yang erat. Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit. Lamanya sakit adalah suatu periode mulai dari didiagnosanya suatu penyakit hingga berakhirnya penyakit tersebut (sembuh, kronis, atau mati).
Perubahan prevalensi pada satu titik waktu ke titik waktu lainnya adalah refleksi perubahan laju insidens, durasi penyakit atau kedua-duanya.
Hubungan ketiga hal tersebut dapat dinyatakan dengan rumus :
Rounded Rectangle: P = I x D

Rumus hubungan insidensi dan prevalensi tersebut hanya berlaku jika dipenuhi 2 syarat yaitu :
1.      Nilai insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan, tidak menunjukkan perubahan yang mencolok
2.      Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil, tidak menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok, tidak ada perubahan waktu yang besar sejak penyakit terdiagnosa secara kliniksampai terjadi kesembuhan atau kematian.
                                                                                                  
d.                  Transisi Epidemiologi Angka Kesakitan / Morbiditas di Indonesia
Transisi epidemiologi adalah perubahan distribusi dan faktor-faktor penyebab terkait melahirkan masalah epidemiologi yang baru, yang ditandai dengan perubahan pola frekuensi penyakit, pertama kali dikeluarkan oleh seorang pakar demografi Abdoel Omran pada tahun 1971.
Model transisi epidemiologis untuk Negara berkembang adalah “The age of triple health burden” yang ditandai dengan 3 hal :
a.         Masalah kesehatan klasik yang belum terselesaikan (penyakit menular)
b.         Munculnya masalah kesehatan yang baru
c.          Pelayanan kesehatan yang tertinggal
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar