CASE REPORT (CASE STUDY)
A.
Pengertian
Studi kasus (case study)
merupakan satu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan
sistem”. Kesatuan ini dapat berupa
program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh
tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang
diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari
kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan
untuk memperoleh kesimpulan dari populasi.
Studi kasus adalah salah
satu metode penelitian dalam ilmu sosial.
Dalam riset
yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam
terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan
menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi,
dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang
mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset
selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis.
Menurut Bogdan dan Bikien
(1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau
satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa.
Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan
dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan
penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa
dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara
mendalam. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting.
Berdasarkan batasan tersebut
dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi:
a.
Sasaran penelitiannya dapat berupa manusia,
peristiwa, latar, dan dokumen
b.
Sasaran-sasaran tersebut ditelaah
secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud
untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
B.
Karakteristik Case Study
Karakteristik
penelitian studi kasus dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Menempatkan
obyek penelitian sebagai kasus
Keunikan penelitian studi kasus adalah pada adanya
cara pandang terhadap obyek penelitiannya sebagai ’kasus’. Bahkan, secara
khusus, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus bukanlah suatu
pilihan metoda penelitian, tetapi bagaimana memilih kasus sebagai obyek atau
target penelitian. Pernyataan ini menekankan bahwa peneliti studi kasus harus
memahami bagaimana menempatkan obyek atau target penelitiannya sebagai kasus di
dalam penelitiannya.
Kasus itu sendiri adalah sesuatu yang dipandang
sebagai suatu sistem kesatuan yang menyeluruh, tetapi terbatasi oleh kerangka
konteks tertentu (Creswell, 2007). Sebuah kasus adalah isu atau masalah yang
harus dipelajari, yang akan mengungkapkan pemahaman mendalam tentang kasus
tersebut, sebagai suatu kesatuan sistem yang dibatasi, yang melibatkan
pemahaman sebuah peristiwa, aktivitas, proses, atau satu atau lebih individu.
Melalui penelitian studi kasus, kasus yang diteliti dapat dijelaskan secara
terperinci dan komprehensif, menyangkut tidak hanya penjelasan tentang
karakteristiknya, tetapi juga bagaimana dan mengapa karakteristik dari kasus
tersebut dapat terbentuk.
b. Memandang
kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer
Bersifat kontemporer, berarti kasus tersebut sedang
atau telah selesai terjadi, tetapi masih memiliki dampak yang dapat dirasakan
pada saat penelitian dilaksanakan, atau yang dapat menunjukkan perbedaan dengan
fenomena yang biasa terjadi. Dengan kata lain, sebagai bounded system
(sistem yang dibatasi), penelitian studi kasus dibatasi dan hanya difokuskan
pada hal-hal yang berada dalam batas tersebut. Pembatasan dapat berupa waktu
maupun ruang yang terkait dengan kasus tersebut.
c.
Dilakukan pada kondisi
kehidupan sebenarnya
Seperti halnya pendekatan penelitian kualitatif pada
umumnya, pelaksanaan penelitian studi kasus menggunakan pendekatan penelitian
naturalistik. Dengan kata lain, penelitian studi kasus menggunakan salah satu
karakteristik pendekatan penelitian kualitatif, yaitu meneliti obyek pada
kondisi yang terkait dengan kontekstualnya. Dengan kata lain, penelitian studi
kasus meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagai kasus. Kehidupan nyata
itu sendiri adalah suatu kondisi kehidupan yang terdapat pada lingkungan hidup
manusia baik sebagai individu maupun anggota kelompok yang sebenarnya.
Sebagai penelitian dengan obyek kehidupan nyata,
penelitian studi kasus mengkaji semua hal yang terdapat disekeliling obyek yang
diteliti, baik yang terkait langsung, tidak langsung maupun sama sakali tidak
terkait dengan obyek yang diteliti. Penelitian studi kasus berupaya
mengungkapkan dan menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan obyek yang
ditelitinya pada kondisi yang sebenarnya, baik kebaikannya, keburukannya,
keberhasilannya, maupun kegagalannya secara apa adanya. Sifat yang demikian
menyebabkan munculnya pandangan bahwa penelitian studi kasus sangat tepat untuk
menjelaskan suatu kondisi alamiah yang kompleks.
d. Menggunakan
berbagai sumber data
Penelitian studi kasus menggunakan berbagai sumber
data. Pengggunaan berbagai sumber data dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
terperinci dan komprehensif yang menyangkut obyek yang diteliti. Disamping itu,
hal tersebut juga dimaksudkan untuk mencapai validitas dan realibilitas penelitian.
Dengan adanya berbagai sumber data tersebut, peneliti dapat meyakinkan
kebenaran dan keakuratan data yang diperolehnya dengan mengecek
saling-silangkan antar data yang diperoleh.
Adapun bentuk-bentuk data tersebut dapat berupa
catatan hasil wawancara, pengamatan lapangan, pengamatan artefak dan dokumen.
Catatan wawancara merupakan hasil yang diperoleh dari proses wawancara, baik
berupa wawancara mendalam terhadap satu orang informan maupun terhadap kelompok
orang dalam suatu diskusi. Sedangkan catatan lapangan dan artefak merupakan
hasil dari pengamatan atau obervasi lapangan. Catatan dokumen merupakan hasil
pengumpulan berbagai dokumen yang berupa berbagai bentuk data sekunder, seperti
buku laporan, dokumentasi foto dan video.
e.
Menggunakan teori sebagai
acuan penelitian
Karakteristik penelitian studi kasus yang relatif
berbeda dibandingkan dengan strategi atau metoda penelitian studi kasus yang
lain adalah penggunaan teori sebagai acuan penelitian. Berdasarkan pemikiran
induktif yang bermaksud untuk membangun pengetahuan-pengetahuan baru yang
orisinil, penelitian kualitatif selalu dikonotasikan sebagai penelitian yang
menolak penggunaan teori sebagai acuan penelitian. Penggunaan teori sebagai
acuan dianggap dapat mengurangi orisinalitas temuan dari penelitian kualitatif.
Pada penelitian studi kasus, teori digunakan baik
untuk menentukan arah, konteks, maupun posisi hasil penelitian. Kajian teori
dapat dilakukan di bagian depan, tengah dan belakang proses penelitian. Pada
bagian depan, teori digunakan untuk membangun arahan dan pedoman di dalam
menjalankan kegiatan penelitian. Secara khusus, pada bagian ini, teori dapat
dipergunakan untuk membangun hipotesis, seperti halnya yang dilakukan pada
paradigma deduktif atau positivistik. Pada bagian tengah, teori dipergunakan
untuk menentukan posisi temuan-temuan penelitian terhadap teori yang ada dan
telah berkembang. Sedangkan pada bagian belakang, teori dipergunakan untuk
menentukan posisi hasil keseluruhan penelitian terhadap teori yang ada dan
telah berkembang.
Melalui pemanfaatan teori tersebut, peneliti studi
kasus dapat membangun teori yang langsung terkait dengan kondisi kasus yang
ditelitinya. Kesimpulan konseptual dan teoritis yang dibangun melalui
penelitian studi kasus dapat lebih bersifat alamiah, karena sifat dari kasus
yang alamiah seperti apa adanya tersebut.
C.
Metode Studi Kasus
Salah
satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan
metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Penelitian ini
memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya
sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang
bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai
sumber (Nawawi, 2003). Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan
berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus
yang diselidiki. Lebih lanjut Arikunto (1986) mengemukakan bahwa metode studi
kasus sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang
dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme
(individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.
Penelitian
case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan
untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan
posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi
lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given).
Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat.
Penelitian case study merupakan studi mendalam mengenai unit sosial
tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam
mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun
variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya (Danim, 2002
).
Pengertian
yang lain, studi kasus bisa berarti metode atau strategi dalam penelitian, bisa
juga berarti hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu. Dalam konteks
tulisan ini, penulis lebih memfokuskan pada pengertian yang pertama yaitu
sebagai metode penelitian. Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk
mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya
secara natural tanpa adanya intervensi pihak luar. Pada intinya studi ini
berusaha untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa
keputusan itu diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya.
Secara ringkasnya yang membedakan metode studi kasus dengan metode penelitian kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu). Biasanya pendekatan triangulasi juga digunakan untuk menguji keabsahan data dan menemukan kebenaran objektif sesungguhnya. Metode ini sangat tepat untuk menganalisis kejadian tertentu disuatu tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula.
D.
Jenis
Studi Kasus
Terdapat 3 (tiga) macam tipe studi
kasus, yaitu:
a. Studi
kasus intrinsik (intrinsic case study), apabila kasus yang dipelajari
secara mendalam mengandung hal-hal yang menarik untuk dipelajari berasal dari
kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan mengandung minat intrinsik (intrinsic
interest).
b. Studi
kasus intrumental (intrumental case study), apabila kasus yang
dipelajari secara mendalam karena hasilnya akan dipergunakan untuk memperbaiki
atau menyempurnakan teori yang telah ada atau untuk menyusun teori baru. Hal
ini dapat dikatakan studi kasus instrumental, minat untuk mempelajarinya berada
di luar kasusnya atau minat eksternal (external interest).
c. Studi
kasus kolektif (collective case study), apabila kasus yang dipelajari
secara mendalam merupakan beberapa (kelompok) kasus, walaupun masing-masing
kasus individual dalam kelompok itu dipelajari, dengan maksud untuk mendapatkan
karakteristik umum, karena setiap kasus mempunyai ciri tersendiri yang
bervariasi.
E.
Langkah
Studi Kasus
a.
Pemilihan Kasus
Dalam
pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan
secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek
orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan
kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan
dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia.
b.
Pengumpulan Data
Terdapat
beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn
penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi.
Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan
data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data
yang berbeda secara serentak.
c.
Analisis Data
Setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,
mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola.
Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum
guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis,
kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak
peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah
semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan.
d.
Perbaikan (refinement)
Meskipun semua data telah terkumpul, dalam
pendekatan studi kasus hendaknya dlilakukan penyempurnaan atau penguatan
(reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan
data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus
membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori
yang sudah ada.
e.
Penulisan Laporan
Laporan
hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan
suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca
untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa
pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompok.
F.
Kekuatan
dan Kelemahan Studi Kasus
1.
Kekuatan
a. Analisis intensif yang dilewatkan
tidakdilakukan oleh metode lain
b. Menghasilkan ilmu pengetahuan pada
kasus khusus
c. Cara yang tepat untuk mengeksplorasi
fenomena yang belum secara detail diteliti
d. Sering menghasilkan kesadaran
pengetahuan baru
e. Informasi yang dihasilkan dalam
suatu studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam menghasilkan hipotesis yang
diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada penelitian berikutnya.
Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi deskriptif
yang baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau
menyanggah teori.
2.
Kelemahan
a.
Studi kasus seringkali dipandang
kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat subjectif
atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan
validitas dari hasil penelitian studi kasus.
b.
Karena masalah interpretasi
subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan
pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
c.
Masalah generalisasi. Karena skupa
penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus
sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah
rendah.
d.
Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus
juga dianggap kurang memberi sumbangan pada persoalan-persoalan praktis
mengatasi suatu masalah.
e.
Biaya penyelenggaraan yang relatif
mahal. Karena kedalaman informasi yang digali pada studi kasus, maka luangan
waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada
studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas.
Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari
pada penelitian-penelitian kuantitatif.
Karena
fleksibilitas disain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih fokus
studi ke arah yang tidak seharusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar