Jumat, 26 Januari 2018

DISTRIBUSI PENYAKIT MENURUT WAKTU DAN TEMPAT



DISTRIBUSI PENYAKIT MENURUT
WAKTU DAN TEMPAT

A.    Time (Waktu)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan :
1)   Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan. Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan). Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
a)    Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan.
b)   Waktu inkubasi rata-rata pendek.
2)    Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
3)   Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.

Pengetahuan tentang penyakit menurut variable waktu berguna untuk :
·      Meramalkan puncak kejadian penyakit/insiden
·      Merencanakan upaya penanggulangannya
·      Melakukan evaluasi dampak penanggulangan yang sudah dikerjakan dengan membandingkan tinggi puncak insiden sebelum dan sesudah penanggulangan.
Pengetahuan tentang penyebaran masalah kesehatan menurut waktu akan membantu dalam memahami:
a. Kecepatan perjalanan penyakit
Apabila suatu penyakit dalam waktu yang singkat menyebar dengan pesat, berarti perjalanan penyakit tersebut berlangsung cepat.
b. Lama terjangkitnya suatu penyakit
Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat pula diketahui dari penyebaran penyakit menurut waktu, yakni dengan memanfaatkan keterangan tentang waktu terjangkitnya penyakit dan keterangan tentang waktu lenyapnya penyakit tersebut.
Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
a. Sifat penyakit yang ditemukan
Secara umum disebutkan bahwa penyakit infeksi lebih cepat menyebar daripada penyakit bukan infeksi. Hal yang berperan di sini adalah sifat bibit penyakit yang ditemukan yang dibedakan atas patogenisiti, virulensi, antigenisiti, dan infektiviti.
b. Keadaan tempat terjangkitnya penyakit
Untuk penyakit infeksi keadaan yang paling penting adalah yang menyangkut ada tidaknya reservoir bibit penyakit, yang jika dikaitkan dengan keadaan tempat terjangkitnya penyakit disebut dengan nama environmental reservoir yakni lingkungan alam di sekitar manusia.
c. Keadaan penduduk
Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu juga dipengaruhi oleh keadaan penduduk, baik yang menyangkut ciri-ciri manusianya dan ataupun yang menyangkut jumlah dan penyebaran penduduk tersebut.
d. Keadaan pelayanan kesehatan yang tersedia
Jika keadaan pelayanan kesehatan baik, maka penyebaran suatu masalah kesehatan dapat dicegah sehingga waktu terjangkitnya penyakit dapat diperpendek.
Fluktuasi insiden penyakit yang diketahui terdiri dari:
1. Variasi Jangka Pendek
a. Sporadis
Kejadian ini relatif berlangsung singkat, umumnya berlangsung di beberpa tempat, dan pada waktu pengamatan masing-masing kejadian tidak saling berhubungan, misalnya dalam proses penyebarannya. Contoh: penyebaran penyakit DHF
b. Endemis
Penyakit menular yang terus menerus terjadi di suatu tempat atau prevalensi suatu penyakit yang biasanya terdapat di suau tempat.
c. Pandemis
Penyakit yang berjangkit/menjalar ke beberapa negara atau seluruh benua. Misalnya: Flu (1914), Kholera (1940), AIDS (1980), SARS (2003).
d. Epidemis
Kenaikan kejadian suatu penyakit yang berlangsung secara cepat dan dalam jumlah yang secara bermakna melebihi insidens yang diperkirakan.
2. Variasi Berkala
a. Kecendrungan sekuler (secular trend)
Kecendrungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit atau KLB dalam waktu yang lama. Lamanya waktu dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa. Kecendrungan sekuler dapat terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi nonmenular. Misalnya, terjadinya pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang tidak menular yang terjadi di negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir.
Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecendrungan sekuler juga dapat digunakan unuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.
Dalam mempelajari kecendrungan sekuler tentang mortalitas, harus dikaitkan dengan sejauh mana perubahan insiden dan sejauh mana perubahan tersebut menggambarkan kelangsungan hidup penderita.
Angka kematian akan sejalan dengan angka insiden (insidence rate) pada penyakit yang fatal dan bila kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya karsinoma paru-paru, karena memenuhi kriteria di atas.
b. Variasi siklik
Variasi siklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun, tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya epidemi campak biasanya berulang setelah 2-3 tahun kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit noninfeksi tidak mempunyai variasi siklik.
c. Variasi musim
Variasi musim ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan prevalensi penyakit yang terjadi dalam 1 tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas, variasi musim merupakan salah satu hal yang sangat penting karena siklus penyakit terjadi sesuai dengan perubahan musim dan berulang setiap tahun.
Variasi musim sangat penting dalam menganalisis data epidemiologi tentang kejadian luar biasa untuk menentukan peningkatan insidensi suatu penyakit yang diakibatkan variasi musim atau memang terjadinya epidemi. Bila adanya variasi musim tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang timbulnya KLB.
Disamping itu, pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada penelitian epidemiologi karena penelitian yang dilakukan pada musim yang berbeda akan menghasilkan frekuensi distribusi penyakit yang berbeda pula. Penyakit-penyakit yang mempunyai variasi musim antara lain: diare, influenza, dan tifus abdominalis.
Beberapa ahli memasukkan variasi musim ke dalam variasi siklik karena terjadinya berulang, tetapi di sini dipisahkan karena pada variasi musim, terulangnya perubahan insidensi penyakit dalam waktu yang pendek sesuai dengan perubahan musim, sedangkan pada variasi siklik fluktuasi perubahan insiden penyakit terjadi lebih lama yaitu suatu penyakit dapat terulang 1 atau 2 tahun sekali.
d. Variasi random
Variasi random diartikan sebagai terjadinya epidemi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya, misalnya epidemi yang terjadi karena adanya bencana alam seperti banjir dan gempa bumi.
B.     Place (Tempat)
Variabel tempat merupakan salah satu variabel penting dalam epidemiologi deskriptif karena pengetahuan tentang tempat atau lokasi KLB atau lokasi penyakit- penyakit endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran berbagai penyakit di suatu wilayah sehingga dari keterangan yang diperoleh akan diketahui:
a. Jumlah dan jenis masalah kesehatan yang ditemukan di suatu daerah.
b. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan di suatu daerah.
c. Keterangan tentang faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan di suatu daerah.
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit. Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
·      Batas daerah-daerah pemerintahan
·      Kota dan pedesaan
·      Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, lautan padang pasir)
·      Negara-negara
·      Regional
Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan menurut batas-batasan alam lebih berguna daripada batas-batas administrasi pemerintahan. al-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.
Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1.  Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2.  Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
3.  Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4.  Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya “reservoir” infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area” untuk demam kuning.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.
Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan:
1. Geografis
Ditentukan berdasarkan alamiah, administratif atau fisik, institusi, dan instansi. Dengan batas alamiah dapat dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis, dan negara dengan empat musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi penyakit maupun jenis penyakit. Dari batas administratif dapat ditentukan batas propinsi, kabupaten, kecamatan atau desa dengan sungai, jalan kereta api, jembatan dan lainnya sebagai batas fisik.
2. Batas institusi
Dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya masalah kesehatan.
Contoh kejadian penyakit berdasarkan tempat yaitu:
a. TBC, pada daerah penduduk padat dengan sosial ekonomi rendah
b. Cholera, pada daerah penduduk padat dengan linkungan jelek
c. Asbestosis, pada pekerja pabrik asbes.
Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat, secara umum terdiri dari:
1. Penyebaran satu wilayah
Masalah kesehatan hanya ditemukan di satu wilayah saja. Batasan wilayah yang dimaksudkan tergantung dari sistem kepemerintahan yang dianut. Misalnya satu kecamatan saja, satu kelurahan saja, dsb. Pembagian menurut wilayah yang sering dipergunakan adalah desa dan kota.
2. Penyebaran beberapa wilayah
Penyebaran beberapa wilayah tergantung dari sistem kepemerintahan yang dianut. Misalnya beberapa kecamatan saja, beberapa kelurahan saja, dsb.
3. Penyebaran satu negara (nasional)
Masalah kesehatan ditemukan di semua wilayah negara tersebut.
4. Penyebaran beberapa negara (regional)
Masalah kesehatan dapat menyebar ke beberapa negara. Masuk atau tidaknya suatu penyakit ke suatu negara dipengaruhi oleh faktor:
a. Keadaan geografis negara tersebut dalam arti apakah ditemukan keadaan-keadaan geografis tertentu yang menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.
b. Hubungan komunikasi yang dimiliki, dalam arti apakah letak negara tersebut berdekatan dengan negara yang terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara, hubungan antar penduduk, apakah egara tersebut terbuka untuk penduduk yang berkunjung dan menetap, dsb.
c. Peraturan perundangan yang berlaku, khususnya dalam bidang kesehatan.
5. Penyebaran banyak negara (internasional)
Masalah kesehatan ditemukan di banyak negara, yang pada saat ini dengan kemajuan sistem komunikasi dan transportasi amat sering terjadi.
Pembuktian adanya hubungan antara tempat dengan kejadian penyakit menunjukan bahwa penduduk setempat memiliki cirri yang menjadi penyebab penting terjadinya penyakit yang berbeda dari penduduk tempat lain, terdapatnya factor penyebab pada lingkungan biologis, kimiawi, fisik, atau lingkungan social di tempat tersebut.
Khusus hubungan geografis yang tampak sebagai pengaruh ciri khusus tempat dapat dijelaskan berdasarkan cirri tempat kejadian penyakit yang dapat ditunjukan dengan salah satu criteria berikut ini ;
a.    Frekuensi penderita yang tinggi tampak pada semua kelompok penduduk (suku dan sebagainya) yang mendiami daerah tersebut
b.    Frekuensi yang tinggi tidak diketemukan pada suku yang sama yang tinggal di daerah lain
c.    Orang sehat yang berpindah ke tempat tersebut menjadi sakit dengan frekuensi yang sama dengan penduduk asli setempat
d.   Penduduk yang meninggalkan daerah tersebut tidak menunjukan frekuensi penyakit yang tinggi
Selain manusia, makhluk lain (hewan) yang tinggal didaerah tersebut menunjukan gejala yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar