DISTRIBUSI PENYAKIT MENURUT
WAKTU DAN TEMPAT
A. Time (Waktu)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit
merupakan kebutuhan dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena
perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor
etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan,
maka dibedakan :
1) Fluktuasi
jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan. Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan). Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
beberapa jam, hari, minggu dan bulan. Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan). Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
a) Penderita-penderita
terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan.
b) Waktu
inkubasi rata-rata pendek.
2) Perubahan-perubahan
secara siklus dimana perubahan-perubahan angka
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
3) Perubahan-perubahan
angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.
Pengetahuan tentang penyakit menurut variable waktu
berguna untuk :
· Meramalkan
puncak kejadian penyakit/insiden
· Merencanakan
upaya penanggulangannya
· Melakukan
evaluasi dampak penanggulangan yang sudah dikerjakan dengan membandingkan
tinggi puncak insiden sebelum dan sesudah penanggulangan.
Pengetahuan tentang penyebaran
masalah kesehatan menurut waktu akan membantu dalam memahami:
a. Kecepatan perjalanan
penyakit
Apabila suatu penyakit dalam
waktu yang singkat menyebar dengan pesat, berarti perjalanan penyakit tersebut
berlangsung cepat.
b. Lama terjangkitnya suatu
penyakit
Lama terjangkitnya suatu penyakit
dapat pula diketahui dari penyebaran penyakit menurut waktu, yakni dengan
memanfaatkan keterangan tentang waktu terjangkitnya penyakit dan keterangan
tentang waktu lenyapnya penyakit tersebut.
Penyebaran masalah kesehatan menurut
waktu dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
a. Sifat penyakit yang
ditemukan
Secara umum disebutkan bahwa
penyakit infeksi lebih cepat menyebar daripada penyakit bukan infeksi. Hal yang
berperan di sini adalah sifat bibit penyakit yang ditemukan yang dibedakan atas
patogenisiti, virulensi, antigenisiti, dan infektiviti.
b. Keadaan tempat terjangkitnya
penyakit
Untuk penyakit infeksi keadaan yang
paling penting adalah yang menyangkut ada tidaknya reservoir bibit penyakit,
yang jika dikaitkan dengan keadaan tempat terjangkitnya penyakit disebut dengan
nama environmental reservoir yakni lingkungan alam di sekitar
manusia.
c. Keadaan penduduk
Penyebaran masalah kesehatan menurut
waktu juga dipengaruhi oleh keadaan penduduk, baik yang menyangkut ciri-ciri
manusianya dan ataupun yang menyangkut jumlah dan penyebaran penduduk tersebut.
d. Keadaan pelayanan kesehatan
yang tersedia
Jika keadaan pelayanan kesehatan
baik, maka penyebaran suatu masalah kesehatan dapat dicegah sehingga waktu
terjangkitnya penyakit dapat diperpendek.
Fluktuasi insiden penyakit yang
diketahui terdiri dari:
1. Variasi Jangka Pendek
a. Sporadis
Kejadian ini relatif berlangsung
singkat, umumnya berlangsung di beberpa tempat, dan pada waktu pengamatan
masing-masing kejadian tidak saling berhubungan, misalnya dalam proses
penyebarannya. Contoh: penyebaran penyakit DHF
b. Endemis
Penyakit menular yang terus menerus
terjadi di suatu tempat atau prevalensi suatu penyakit yang biasanya terdapat
di suau tempat.
c. Pandemis
Penyakit yang berjangkit/menjalar ke
beberapa negara atau seluruh benua. Misalnya: Flu (1914), Kholera (1940), AIDS
(1980), SARS (2003).
d. Epidemis
Kenaikan kejadian suatu penyakit
yang berlangsung secara cepat dan dalam jumlah yang secara bermakna melebihi
insidens yang diperkirakan.
2. Variasi Berkala
a. Kecendrungan sekuler (secular
trend)
Kecendrungan sekuler ialah
terjadinya perubahan penyakit atau KLB dalam waktu yang lama. Lamanya waktu
dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa. Kecendrungan sekuler dapat
terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi nonmenular. Misalnya,
terjadinya pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang tidak menular yang
terjadi di negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir.
Pengetahuan tentang perubahan
tersebut dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan upaya pemberantasan dan
pencegahan penyakit. Kecendrungan sekuler juga dapat digunakan unuk mengetahui
perubahan yang terjadi pada mortalitas.
Dalam mempelajari kecendrungan
sekuler tentang mortalitas, harus dikaitkan dengan sejauh mana perubahan
insiden dan sejauh mana perubahan tersebut menggambarkan kelangsungan
hidup penderita.
Angka kematian akan sejalan dengan
angka insiden (insidence rate) pada penyakit yang fatal dan bila
kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya karsinoma paru-paru,
karena memenuhi kriteria di atas.
b. Variasi siklik
Variasi siklik ialah terulangnya
kejadian penyakit setelah beberapa tahun, tergantung dari jenis penyakitnya,
misalnya epidemi campak biasanya berulang setelah 2-3 tahun kemudian. Variasi
siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit noninfeksi tidak
mempunyai variasi siklik.
c. Variasi musim
Variasi musim ialah terulangnya
perubahan frekuensi insidensi dan prevalensi penyakit yang terjadi dalam 1
tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas, variasi musim merupakan
salah satu hal yang sangat penting karena siklus penyakit terjadi sesuai dengan
perubahan musim dan berulang setiap tahun.
Variasi musim sangat penting dalam
menganalisis data epidemiologi tentang kejadian luar biasa untuk menentukan
peningkatan insidensi suatu penyakit yang diakibatkan variasi musim atau memang
terjadinya epidemi. Bila adanya variasi musim tidak diperhatikan, kita dapat
menarik kesimpulan yang salah tentang timbulnya KLB.
Disamping itu, pengetahuan tentang
variasi musim juga dibutuhkan pada penelitian epidemiologi karena penelitian
yang dilakukan pada musim yang berbeda akan menghasilkan frekuensi distribusi
penyakit yang berbeda pula. Penyakit-penyakit yang mempunyai variasi musim
antara lain: diare, influenza, dan tifus abdominalis.
Beberapa ahli memasukkan variasi
musim ke dalam variasi siklik karena terjadinya berulang, tetapi di sini
dipisahkan karena pada variasi musim, terulangnya perubahan insidensi penyakit
dalam waktu yang pendek sesuai dengan perubahan musim, sedangkan pada variasi
siklik fluktuasi perubahan insiden penyakit terjadi lebih lama yaitu suatu
penyakit dapat terulang 1 atau 2 tahun sekali.
d. Variasi random
Variasi random diartikan sebagai
terjadinya epidemi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya, misalnya epidemi
yang terjadi karena adanya bencana alam seperti banjir dan gempa bumi.
B. Place (Tempat)
Variabel tempat merupakan salah satu
variabel penting dalam epidemiologi deskriptif karena pengetahuan tentang
tempat atau lokasi KLB atau lokasi penyakit- penyakit endemis sangat dibutuhkan
ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran berbagai penyakit di suatu
wilayah sehingga dari keterangan yang diperoleh akan diketahui:
a. Jumlah dan jenis masalah
kesehatan yang ditemukan di suatu daerah.
b. Hal-hal yang perlu dilakukan
untuk mengatasi masalah kesehatan di suatu daerah.
c. Keterangan tentang faktor
penyebab timbulnya masalah kesehatan di suatu daerah.
Pengetahuan mengenai distribusi
geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan
dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit. Perbandingan pola
penyakit sering dilakukan antara :
· Batas daerah-daerah pemerintahan
· Kota dan pedesaan
· Daerah atau tempat berdasarkan
batas-batas alam (pegunungan, sungai, lautan padang pasir)
· Negara-negara
· Regional
Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang
etiologi penyakit, perbandingan menurut batas-batasan alam lebih berguna
daripada batas-batas administrasi pemerintahan. al-hal yang memberikan
kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah :
keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan,
ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi
terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi,
pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang
merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang tidak
menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan
biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit
menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari
etiologi suatu penyakit menular dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan
suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.
Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara
kota dan pedesaan, faktor-faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula
diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi
ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu
sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa
akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang
bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam
mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin
lancarnya perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam
berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam
mempelajari etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada
penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum
migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka kematian antar
daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat)
:
1.
Susunan umur
2.
Susunan kelamin
3.
Kualitas data
4.
Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun
telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,
memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan
data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan
hati-hati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya.
Variasi
geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan
fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi
genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
karakteristik demografi.
3. Variasi
kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4. Variasi administrasi
termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya
penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam
kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh
adanya “reservoir” infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty),
penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab
penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada
sumber infeksi disebut “receptive area” untuk demam kuning.
Contoh-contoh
penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang frekuensinya
tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana terdapat
vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic goiter) di
daerah yang kekurangan yodium.
Batas suatu wilayah dapat ditentukan
berdasarkan:
1. Geografis
Ditentukan berdasarkan alamiah,
administratif atau fisik, institusi, dan instansi. Dengan batas alamiah dapat
dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis, dan negara dengan empat
musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut mengakibatkan
perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi penyakit maupun jenis
penyakit. Dari batas administratif dapat ditentukan batas propinsi, kabupaten,
kecamatan atau desa dengan sungai, jalan kereta api, jembatan dan lainnya
sebagai batas fisik.
2. Batas institusi
Dapat berupa industri, sekolah atau
kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya masalah kesehatan.
Contoh kejadian penyakit berdasarkan
tempat yaitu:
a. TBC, pada daerah penduduk
padat dengan sosial ekonomi rendah
b. Cholera, pada daerah
penduduk padat dengan linkungan jelek
c. Asbestosis, pada pekerja
pabrik asbes.
Penyebaran masalah kesehatan menurut
tempat, secara umum terdiri dari:
1. Penyebaran satu wilayah
Masalah kesehatan hanya ditemukan di
satu wilayah saja. Batasan wilayah yang dimaksudkan tergantung dari sistem
kepemerintahan yang dianut. Misalnya satu kecamatan saja, satu kelurahan saja,
dsb. Pembagian menurut wilayah yang sering dipergunakan adalah desa dan kota.
2. Penyebaran beberapa wilayah
Penyebaran beberapa wilayah
tergantung dari sistem kepemerintahan yang dianut. Misalnya beberapa kecamatan
saja, beberapa kelurahan saja, dsb.
3. Penyebaran satu negara
(nasional)
Masalah kesehatan ditemukan di semua
wilayah negara tersebut.
4. Penyebaran beberapa negara
(regional)
Masalah kesehatan dapat menyebar ke
beberapa negara. Masuk atau tidaknya suatu penyakit ke suatu negara dipengaruhi
oleh faktor:
a. Keadaan geografis negara
tersebut dalam arti apakah ditemukan keadaan-keadaan geografis tertentu yang
menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.
b. Hubungan komunikasi yang
dimiliki, dalam arti apakah letak negara tersebut berdekatan dengan negara yang
terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara, hubungan antar
penduduk, apakah egara tersebut terbuka untuk penduduk yang berkunjung dan
menetap, dsb.
c. Peraturan perundangan yang
berlaku, khususnya dalam bidang kesehatan.
5. Penyebaran banyak negara
(internasional)
Masalah kesehatan ditemukan di
banyak negara, yang pada saat ini dengan kemajuan sistem komunikasi dan
transportasi amat sering terjadi.
Pembuktian adanya hubungan antara
tempat dengan kejadian penyakit menunjukan bahwa penduduk setempat memiliki
cirri yang menjadi penyebab penting terjadinya penyakit yang berbeda dari
penduduk tempat lain, terdapatnya factor penyebab pada lingkungan biologis,
kimiawi, fisik, atau lingkungan social di tempat tersebut.
Khusus hubungan geografis yang
tampak sebagai pengaruh ciri khusus tempat dapat dijelaskan berdasarkan cirri
tempat kejadian penyakit yang dapat ditunjukan dengan salah satu criteria
berikut ini ;
a. Frekuensi penderita yang tinggi
tampak pada semua kelompok penduduk (suku dan sebagainya) yang mendiami daerah
tersebut
b. Frekuensi yang tinggi tidak
diketemukan pada suku yang sama yang tinggal di daerah lain
c. Orang sehat yang berpindah ke tempat
tersebut menjadi sakit dengan frekuensi yang sama dengan penduduk asli setempat
d. Penduduk yang meninggalkan daerah
tersebut tidak menunjukan frekuensi penyakit yang tinggi
Selain manusia, makhluk lain (hewan) yang
tinggal didaerah tersebut menunjukan gejala yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar