Jumat, 26 Januari 2018

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI



DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI
       
               Dalam Epidemiologi terdapat dua jenis desain penelitian epidemiologi, yaitu study deskriptif  dan study analitik. Desain study ini digunakan untuk mempermudah dalam penelitian yang terkait dengan berbagai faktor penyebab, akibat, serta hubungan antar berbagai faktor. berikut adalah kerangka garis besar beberapa desain study epidemiologi.
A.      Studi Deskriptif 
Untuk mempelajari distribusi dan frekuensi penyakit di populasi dipakai desain studi epidemiologi deskriptif. Desain studi ini memiliki variant lebih dari 1 dan berupa presentase.
    1. Cross Sectional
Digunakan untuk membedakan dua kelompok. Unit pengamatan merupakan individual dan populasinya merupakan populasi yang umum serta samplenya random. Pengukuran variable independent (exposure) dan variable dependent (outcome) dilakukan secara bersamaan sehingga sulit untuk mengetahui hubungan antara  exposure dan outcome.

    1. Case Report
Merupakan study pada satu kasus yang sama atau kasus baru yang menggambarkan suatu riwayat penyakit dan pengalaman klinis dari masing-masing kasus. Unit pengamatan atau analisisnya individual. Desain study ini digunakan untuk melihat distribusi suatu penyakit atau masalah kesehatan yang diteliti, memperoleh informasi tentang kelompok resiko tinggi dan membuat hipotesis baru.  Karena merupakan pengumpulan dari beberapa kasus-kasus yang dilaporkan maka study ini tidak bisa digunakan untuk menggambarkan suatu populasi. Study ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk meneliti serta dapat menjembatani antara penelitian klinis dengan penelitian epidemiologi.

3.    Case Series
Studi ini merupakan studi lanjutan dari case report. case report hanya terdiri dari satu kasus saja, tetapi case series terdiri lebih dari satu kasus dan kurang dari sepuluh kasus. Studi ini juga terkait pada sindrom atau penyakit baru. Unit pengamatannya juga individual.

4.    Studi Kolerasi
Disebut juga studi ekologi. Merupakan studi observasional dengan unti analisis/pengamatannya agregat. Populasi merupakan beberapa kumpulan dari unit pengamatan. contohnya unit pengamatan untuk angka kepadatan jentik, dan insidens DHF diukur berdasarkan area kerja puskesmas, maka populasi studi terdiri dari kumpulan puskesmas -  puskesmas.

B.            Study Analitik
 
Untuk mempelajari diterminan suatu penyakit di populasi dipakai desain studi epidemiologi analitik. Desain studi ini dapat digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi dan membandingkan antara dua kelompok.

    1. Case Control
Digunakan untuk meneliti faktor risiko/determinan dari suatu penyakit yang 'outcome' jarang terjadi. penelitian dimulai dari pengukuran status keterpaparan pada subjek-subjek yang diteliti kemudian dikelompokan. Bersifat retrospektif yang berarti melihat pengamatan dengan cara mundur. terdiri dari dua kelompok yaitu sakit dan tidak sakit. D --> E (macam-macam).

    1. Kohort
Penelitian bersifat observasional tanpa intervensi. Penelitian dilakukan pada subjek-subjek yang masih bebas dari outcome (Disease) tapi berisiko untuk dapat mengalaminya. Pada studi ini dapat terlihat jelas hubungan antar exposure dengan outcome. Biasanya studi ini dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok terpapar dan tidak terpapar. Studi ini dapat bersifat prospektif, retrospektif ataupun historical prospektif. Sample yang dipilih merupakan sample yang tidak random sehingga hanya beberapa sample yang terkait dengan penelitian saja. 

    1. Intervensi
Biasanya dilakukan secara randomisasi. Peneliti melakukan intervensi terhadap status "exposure" pada subjek-subjek yang diteliti. Pada studi ini dilakukan pengecekan ulang dalam kurun waktu tertentu. Jenis intervensi ini ada dua yaitu intervensi secara klinik atau individual dan intervensi secara komunitas misalnya pada komunitas pemabuk, perokok dan sebagainya.

Setiap desain study memiliki ciri khas masing-masing. Walaupun demikian setiap desain study mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri yang berpengaruh pada intervensi kesehatan masyarakat. untuk itu sangat disarankan memilih desain studi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sebelum melakukan penelitian.

C.           Penelitian Kualitatif Dan Penelitian Deskriptif

      1. Desain Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian harus mempertimbangkan secara matang pendekatan yang tepat baik sintektik maupun analitik, dan tujuan dari penelitian tersebut apakah bersifat heuristik maupun deduktif. Peneliti dapat menggabungkan pendekatan-pendekatan ini. Sebagai contoh, hipotesis yang diturunkan dari penelitian sintektik-heuristik kemudian dapat dipilih menjadi dasar penelitian dengan menggunakan desain analitik-deduktif.
Perbedaan yang paling mendasar terletak pada sifat intrinsik subjek penelitian, peran peneliti, dan apakah kebenaran diperoleh melalui fakta yang objektif atau persepsi subjektif. Hasil yang ditunjukkan oleh perbaikan verbal pembelajar bahasa sebagai strategi pemerolehan berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh nilai kuantitatif pada judgment test yang dikontrol dalam penelitian eksperimental.
Beberapa Perbedaan Dalam Penelitian Kualitatif, Deskriptif, dan Eksperimental

      1. Penelitian Kualitatif dan Deskriptif
Baik penelitian kualitatif maupun deskriptif, keduanya mendeskripsikan fenomena yang terjadi secara alami tanpa adanya interferensi dari sebuah eksperimen atau suatu perlakuan tertentu yang direncanakan. Keduanya berkaitan dengan pendeskripsian, tetapi pendekatan penelitian berasal dari perspektif yang berbeda.
Penelitian kualitatif adalah heuristik, bukan deduktif. Hal tersebut dikarenakan terdapat  pertanyaan penelitian atau data yang dibuat sebelum penelitian dimulai. Wilayah penelitian dan pertanyaan menggunakan perspektif sintektik/ holistik dalam rangka memperoleh informasi sebanyak-banyaknya, dan menghindari manipulasi atau interferensi di dalam konteks penelitian. Terdapat istilah ‘organic development’ yang maknanya adalah penelitian ini menyempitkan fokus sesuai perkembangan penelitian dan tidak didikte oleh hipotesis.
Penelitian deskriptif dapat bersifat heuristik atau deduktif. Tipe atau kategori penelitian ini mengacu pada penelitian yang menggunakan data-data yang telah ada atau sebagai penelitian non-eksperimen dengan hipotesis yang telah dibentuk sebelumnya. Studi deskriptif dapat menjelaskan aspek pemerolehan bahasa kedua dari sudut pandang yang lebih sintektik atau dapat berfokus pada deskripsi mengenai sebuah konstituen tertentu di dalam proses, contohnya pemerolehan struktur bahasa tertentu atau perilaku tertentu terhadap pembelajaran bahasa yang berbeda dengan lainnya. Studi deskriptif beranjak dari sebuah pertanyaan umum mengenai sebuah fenomena yang sedang dikaji atau dengan menggunakan pertanyaan dan fokus yang lebih spesifik.

Beberapa ahli metode penelitian menyatakan bahwa penelitian deskriptif berbeda dengan penelitian kualitatif dilihat dari data analisisnya. Data pada penelitian deskriptif adalah kuantitatif. Tetapi faktanya, pendapat mengenai perbedaan tersebut tidak selamanya benar. Pada penelitian kualitatif mengenai pemerolehan bahasa, elemen-elemen baik kualitatif maupun kuantitatif dapat digunakan. Data pada penelitian kualitatif menjadi data kuantitatif setelah data-data tersebut dikumpulkan dan dikategorikan. Brown memberikan contoh mengenai hal tersebut. Prosedur khas yang banyak ditemukan pada penelitian kualitatif antara lain; observasi, perekaman, dan transkripsi manual. Pertama, data-data tersebut akan dianalisa secara kualitatif, kemudian dianalisa secara kuantitatif dalam hal urutan frekuensi dan rata-rata panjang ungkapan. Contoh yang dikemukakan oleh Brown tersebut merupakan studi Brown mengenai pemerolehan morfem gramatika oleh orang dewasa dan pembelajar anak bahasa kedua. Penelitian deskriptif studi kasus memberikan sebuah analisis  linguistik yang mendalam mengenai aspek kemampuan gramatika pembelajar bahasa kedua, sedangkan studi etnografi menyediakan analisis kuantitatif dalam bentuk frekuensi kejadian fenomena dalam bahasa kedua.

      1. Penelitian Deskriptif dan eksperimental
Penelitian deskriptif dapat berupa sintektik maupun analitik dalam pendekatannya terhadap fenomena bahasa kedua yang dikaji, sedangkan penelitian eksperimen harus analitik. Hal tersebut merupakan perbedaan yang mendasar. Penelitian deskriptif dapat dilakukan dengan alasan-alasan heuristik. Contohnya untuk menyelidiki fenomena tertentu bahasa kedua secara mendalam atau untuk menguji sebuah hipotesis a priori. Kedua penelitian ini dapat berangkat dari hipotesis di mana peneliti memulainya dengan sebuah teori atau pertanyaan penelitian.
Perbedaan dari kedua penelitian ini yang sama pentingnya adalah dalam penelitian deskriptif, tidak ada manipulasi pada fenomena kebahasaan yang berlangsung, sedangkan dalam penelitian eksperimental, manipulasi dan kontrol merupakan parameter penting untuk validitas internal dan eksternal.
Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang  oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yangspesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel (Creswell, 2010 : 5).

Metode penelitian kualitatif pada mulanya dikembangkan oleh para ahli antropologi dan sosiologi yang mengkaji perilaku manusia dalam konteks bahwa peran peneliti tidak akan mengubah perilaku alami subjek penelitian. Tidak seperti penelitian deskriptif, penelitian kualitiatif menghindari pembentukan pertanyaan-pertanyaan penelitian, hipotesis, identifikasi, a priori, dan variabel-variabel yang akan menjadi fokus penelitian.
Tujuan akhir dari penelitian kualitatif adalah untuk menemukan fenomena seperti pola perilaku bahasa kedua yang belum pernah dijelaskan sebelumnya dan untuk memahami fenomena-fenomena tersebut menurut perpektif aktivitas peserta atau pembelajar. Peneliti juga dapat sekaligus berperan sebagai participant observer (partisipan pengamat) dengan kegiatan seperti mencatat, merekam dan mengamati tanpa adanya kontrol atau pedoman dari kuesioner atau instrumen lainnya. Tujuan dari observasi non partisipan adalah untuk menyusun kembali bagaimana pengalaman yang dialami oleh para subjek seakurat mungkin. Pada pemerolehan bahasa kedua, penelitian kualitatif mencoba untuk memahami fenomena bahasa kedua dari perspektif para pembelajar bahasa kedua, bukan dari perspektif peneliti.
Pada dasarnya, bahasa itu sendiri dapat menjadi sebuah variabel. Penelitian tipe ini adalah untuk menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana maknanya menjadi pelaku di dalam aktivitas pemerolehan bahasa. Bukanlah sesederhana seperti menanyakan pendapat pembelajar, dikarenakan pembelajar dan peneliti biasanya menggunakan bahasa yang berbeda. Bahasa yang digunakan oleh pembelajar untuk menggambarkan pengalaman mereka juga belum sempurna. Para peneliti harus menduga, menarik kesimpulan atau memperhitungkan hal-hal yang lebih luas lagi agar dapat menghasilkan sebuah deskripsi yang akurat.
Penelitian kualitatif lebih sesuai untuk mendeskripsikan konteks sosial bahasa kedua, seperti interaksi tuturan (siapa berkata apa, kepada siapa, dan kapan), frekuensi, dan deskripsi tindak tutur dalam konteks penggunaan bahasa, seperti deskripsi perihal bahasa yang digunakan antara guru dan siswa.

 Prosedur Melakukan Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian kualitatif tidak memiliki desain atau prosedur standar sebagaimana yanga ada di dalam penelitian eksperimen. Prosedur penelitian kualitatif dapat diilustrasikan sebagai sebuah corong atau piramida terbalik, yang bermakna bahwa perkembangan penelitian dari hal yang umum ke hal yang spesifik. Ilustrasi lainnya adalah spiral yang juga menggambarkan penelitian kualitatif berangkat dari hal umum ke pengumpulan data secara lebih spesifik, selain itu spiral menunjukkan siklus perulangan observasi dan analisis.

Berikut adalah proses pelaksanaan penelitian kualitatif :
a)      Menentukan fenomena yang akan dikaji/ dijelaskan.
Dikarenakan penelitian kualitatif bersifat sintetik dalam pendekatannya, maka pada tahap tertentu perlu mempersempit fokus observasi. Digunakan unit dan sub-set dalam hirarki penelitian.
b)      Menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh data.
Penelitian kualitatif menggunakan berbagai alat/ cara untuk mengumpulkan data. Dalam rangka memperoleh gambaran kegiatan atau kejadian secara lengkap, sering kali digunakan metode-metode yang berbeda sekaligus di dalam satu penelitian. Tidak seperti penelitian eksperimen yang bergantung pada satu pendekatan. Cara-cara memperoleh data kualitatif antara lain : observasi, perekaman, kuesioner, wawancara, case history, catatan lapangan, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar